Teror Bom Pimpinan KPK: Polisi Kerahkan Densus 88 Hingga Istana Berikan Kecaman





Kepolisian tengah menyelidiki temuan benda mencurigakan yang diduga bom di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK, Laode M Syarif, pada Rabu (9/1/10).

Dalam keterangan kepada BBC News Indonesia, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan pihaknya masih melakukan pendalaman.

"Apakah itu betul-betul (bom) Molotov dan di dalamnya apa saja, masih diperiksa laboratorium forensik," ujar Dedi.

Beberapa barang bukti yang ditemukan di depan rumah Laode M Syarif, lanjutnya, berupa pecahan-pecahan botol dan bekas asap.

Adapun di depan rumah Agus Rahardjo, ditemukan tas hitam. Beberapa media melaporkan bahwa di dalam tas ditemukan pipa paralon, detonator, kabel, paku, dan baterai.

Rumah Laode M Syarif terletak di Jakarta Selatan, sedangkan rumah Agus Rahardjo berada di di Kota Bekasi. Temuan benda mencurigakan di rumah kedua orang itu hanya berjarak beberapa jam.

Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan tidak ada korban dalam kedua insiden tersebut.



Lima pimpinan KPK berfoto bersama usai peresmian gedung baru KPK di Jalan Kuningan Persada, Jakarta, Selasa (29/12/2015). Dari kiri ke kanan; Saut Situmorang, Alexander Marwata, Agus Rahardjo, Basaria Panjaitan, dan Laode Syarif.(TRIBUNNEWS.COM/Eri Komar Sinaga)

Lima pimpinan KPK berfoto bersama usai peresmian gedung baru KPK di Jalan Kuningan Persada, Jakarta, Selasa (29/12/2015). Dari kiri ke kanan; Saut Situmorang, Alexander Marwata, Agus Rahardjo, Basaria Panjaitan, dan Laode Syarif.(TRIBUNNEWS.COM/Eri Komar Sinaga) (TRIBUNNEWS.COM/Eri Komar Sinaga)

Polisi memastikan bahwa benda mencurigakan yang diletakkan di rumah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Kota Bekasi, bukan bom.

"Kami cek itu bukan bom. Tapi (pipa) paralon menyerupai bom," kata Kapolsek Jatiasih Kompol Ili Anas di lokasi, Rabu (9/1/2019).

Sementara itu, salah satu warga di sekitar rumah Agus yang bernama Ferry mengungkapkan, dirinya sempat melihat sebuah tas hitam tersangkut di pagar rumah Agus.


"Jam 05.30 WIB saya lihat ramai banget, ada Tim Gegana juga. Diduga bom itu ditemukan di tas hitam posisi digantung di pagar rumah pak Agus. Saya enggak tahu bentuk persisnya, soalnya steril," kata Ferry.

Menurut Ferry, benda tersebut ditemukan oleh seseorang yang berada di rumah Agus. Saat kejadian, Agus diketahui tidak berada di rumah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Kompas.com, benda mencurigakan itu terdiri dari sebuah rangkaian menyerupai bom paralon.

Terdapat baterai, serbuk putih, paku, kabel, detonator, dan sekring di pipa paralon tersebut. Semua barang itu dimasukkan ke dalam tas berwarna hitam.

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif (kanan) dan penyidik menunjukkan barang bukti hasil operasi



tangkap tangan (OTT) KPK di kantor KPK, Jakarta, Senin (15/10/2018). KPK menetapkan 9 orang tersangka yang diduga terkait kasus perizinan proyek pembanguan Meikarta di Kabupaten Bekasi yang salah satunya Bupati Bekasi, Neneng Hasanah Yasin dengan barang bukti uang 90 ribu dolar Singapura dan Rp513 juta dengan total komitmen Rp 13 miliar.

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif (kanan) dan penyidik menunjukkan barang bukti hasil operasi tangkap tangan (OTT) KPK di kantor KPK, Jakarta, Senin (15/10/2018). KPK menetapkan 9 orang tersangka yang diduga terkait kasus perizinan proyek pembanguan Meikarta di Kabupaten Bekasi yang salah satunya Bupati Bekasi, Neneng Hasanah Yasin dengan barang bukti uang 90 ribu dolar Singapura dan Rp513 juta dengan total komitmen Rp 13 miliar. (Kompas.com)

Sementara Rumah Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42, Jakarta Selatan dilempar bom molotov pada Rabu (9/1/2019).

Berdasarkan keterangan seorang saksi bernama Suwarni, dia sempat melihat botol kaca yang memiliki sumbu di rumah korban sekitar pukul 05.30 WIB.

"Kayak botol begitu loh, ada sumbunya," ungkap Suwarni kepada Kompas.com ketika ditemui di kediamannya, Rabu siang.

Ia menyebutkan, dari dua botol yang terlihat di lokasi itu, satu dalam keadaan utuh dan satunya dalam keadaan pecah.

Sebelumnya, Suwarni juga sempat mendengar suara seperti gelas pecah dari arah rumah Laode.

"Malam saya dengar suara preng begitu doang, kayak suara gelas pecah, jam 00.30, apa jam 01.00 begitu," katanya.

Saat ini, sejumlah anggota kepolisian masih melakukan olah TKP di dalam rumah Laode.

Adapun Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Indra Jafar yang ditemui di lokasi enggan memberikan keterangan.


"Kasus ini ditangani Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Mabes. Sebaiknya tanya ke Direktur Reserse Kriminal Umum ya,” ujarnya.


Ketua KPK Agus Raharjo usai mengisi Festival Konstitusi dan Antikorupsi di USU, Selasa.

Ketua KPK Agus Raharjo usai mengisi Festival Konstitusi dan Antikorupsi di USU, Selasa. (Tribun Medan/Nanda F Batubara)

Polisi Kerahkan Densus 88

Pihak kepolisian membenarkan adanya ledakan yang diduga berupa bom molotov di rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Jalan Kalibata Selatan, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (8/1/2019) pagi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menyampaikan tim yang dibentuk Polda Metro Jaya langsung mengecek dan mengolah tempat kejadian perkara (TKP).

“Kejadian tersebut benar terjadi hari ini. Saat ini Polda Metro Jaya sedang membentuk tim yang dibackup Mabes Polri dalam hal ini Densus 88,” ujar Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (8/1/2019).

Dedi mengatakan, polisi akan segera mungkin mengungkap peristiwa peledakan yang diduga bom molotov itu.

Saat ini, kata Dedi, tim Inafis dan Laboratoriun Forensik dibantu Densus 88 sedang mengolah kejadian tempat perkara kejadian (TKP) dan menganalisa alat bukti.

Densus 88, kata Dedi, telah memiliki pengalaman dalam mengungkap berbagai peristiwa terkait teror dan bahan peledak.

“Mereka (Densus 88) sudah memiliki kompetensi yang cukup lengkap. Oleh karena itu, tugasnya dari Densus 88 membackup tim yang sudah dibentuk oleh bapak Kapolda Metro Jaya,” kata Dedi.


Dedi mengatakan, di TKP telah ditemukan beberapa barang bukti, seperti pecahan-pecahan botol, bekas api yang terus didalami oleh laboratorium forensik.

Dedi mengungkapkan, tidak ada korban akibat ledakan yang diduga bom molotov itu.

Pada kesempatan itu, Dedi meminta kepada masyarakat untuk menyerahkan kepada tim yang menangani utuk bekerja mengusut peristiwa itu.

“Saat ini berikan kesempatan pada tim untuk bekerja,” kata Dedi.

Respon Istana


Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo, menyesalkan teror terhadap Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif.

"Tentu tidak boleh di dalam negara yang demokrasi dan berdasarkan hukum ini ada pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya semacam intimidasi kepada penegak hukum, dalam hal ini Pimpinan KPK," kata Johan, di IstanaKepresidenan, Jakarta, Rabu.

Benda mencurigakan yang diduga bom molotov sebelumnya ditemukan tersangkut di pagar rumah Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Kota Bekasi.

Namun polisi memastikan bahwa benda yang ditemukan di rumah Agus bukan bom.

Pada waktu yang hampir bersamaan, rumah Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42, dilempar bom molotov.

Johan meyakini pihak kepolisian akan segera mengusut tuntas kasus ini dan menemukan pelaku teror.

"Kita tunggu bagaimana penjelasan Polri, saya yakin Polri segera melakukan proses penyelidikan kalau sudah memperoleh informasi atau laporan kejadian itu," kata dia.

Mantan Juru Bicara dan Pimpinan KPK ini, mengakui, teror dan intimidasi terhadap pimpinan, penyidik hingga karyawan KPK memang kerap terjadi.

Bahkan, ia juga pernah mengalami intimidasi serupa saat masih bertugas di lembaga antirasuah.

Johan mengatakan, sebenarnya saat ini pengamanan terhadap pimpinan dan pejabat KPK sudah mulai diperketat. Namun, hal itu tak lantas membuat aksi teror berhenti.

"Karena ruang gerak kita kan, tidak mungkin diawasi menempel 24 jam, itu kan enggak mungkin. Mungkin di sela-sela itu ada pihak-pihak yang tidak suka kepada KPK, kepada siapa pun, kepada pimpinan, apakah ke penyidik, apakah ke pegawai, itu melakukan intimidasi yang tujuannya bisa bermacam-macam," kata dia.

0 comments